Beranda

Langsung ke konten utama

Review HABIBIE dan AINUN 3; Cinta Satu Frekuensi


Habibie dan Ainun 3 merupakan sekuel ketiga dari serial film Habibie-Ainun yang pertama tayang di tahun 2012. Tidak terasa sudah 7 tahun berlalu sejak seri pertamanya dirilis, ya. Sepertinya baru kemarin kisah dua tokoh kecintaan rakyat Indonesia ini booming dan gaung lagu Cinta Sejati-nya BCL terdengar syahdu dimana-mana. 

Jika seri pertama bercerita tentang dokumentasi perjalanan cinta dan sejarah seorang presiden Habibie; seri kedua menyajikan romansa pak Habibie dengan seorang gadis berdarah Polandia saat berkuliah di Jerman; seri ketiganya ini menampilkan kisah hidup bu Ainun dan kuliah kedokteran-nya di Universitas Indonesia.

Habibie dan Ainun 3 masih menggaet Reza Rahadian sebagai pemeran B.J Habibie, yang kali ini sudah menua bersama anak dan cucu-cucunya. Kabarnya, Reza di make up secara khusus untuk menampilkan sosok paruh baya presiden ketiga NKRI itu, dan memakan waktu berjam-jam. Lalu ada Maudy Ayunda sebagai bu Ainun muda. Dan Jefri Nichol sebagai Ahmad.

Film ini dirilis pada tanggal 19 Desember, bertepatan dengan ulang tahun Maudy, dan ditayangkan di seluruh bioskop tanah air. Sampai hari ini, Habibie dan Ainun 3 sudah mencapai 1 juta-an penonton. Jumlah yang diperkirakan akan bertambah sebab film ini masih tayang di bioskop. 

PLOT
B.J Habibie (Reza Rahadian) masih mengenang dengan indah masa-masa kebersamaan dengan sang istri, Hasri Ainun Besari. Meski kini bahagia dengan anak dan cucu-cucunya, kenangan tentang perempuan yang dicinta masih setia dalam benak. Yang kemudian diputarnya kembali dengan menceritakan sosok seorang Ainun saat cucu-cucunya ingin mengetahui kisah sang nenek.

Ainun hidup dari keluarga sederhana, saat Indonesia masih dijajah Jepang. Sang ibu adalah seorang bidan yang penuh dedikasi. Ainun kecil pernah ikut ibunya membantu seorang penduduk yang hendak melahirkan. Sejak saat itu, ia bercita-cita menjadi dokter untuk membantu orang lain. 

Keinginannya terkabul, Ainun remaja (Maudy Ayunda) lolos ujian masuk kedokteran Universitas Indonesia. Disinilah ia memulai perjuangan menuju cita-cita besarnya, di tengah stigma 'dokter hebat tidak dilahirkan dari kelompok wanita', dan bertemu dengan Ahmad (Jefri Nichol); mahasiswa hukum nan tampan yang kemudian menjadi kekasihnya.

REVIEW
Ini review film Indo pertama di blog-ku jhahahaha. Biasanya ga pernah kureview dan ngendap gitu aja. Atau satu dua kali cuma tak kasih kesan-kesan aja di instagram. Sebenarnya bukan males nulis panjang-panjang sih, tapi aku ngerasa amunisi informasi yang kupunya lebih banyak soal film/drama Korea. Jadi sekarang, lagi nyoba, and i hope it'll be fun!

Bicara soal akting, Reza Rahadian udah ga perlu diragukan kualitasnya lah ya. Sejak seri pertama, udah berhasil bikin takjub sama keberhasilan aktingnya doi yang mirip bin persis sama pak Habibie. Bahkan di seri yang ketiga ini, aku sempat bertanya-tanya, lah ini yang main pak Habibie beneran nih. Make up nya asli rapih banget. Aktingnya Reza juga masih sama bagusnya seperti dua seri sebelumnya. 

Maudy sih yang bikin merinding aktingnya. Natural dan menjiwai. Doi berhasil bikin film ini terasa lebih bernyawa. Apalagi pas scene wisuda kedokteran, bikin cirambay dan terharu. Meski di beberapa tempat terasa masih sedikit kaku, overall aku suka banget aktingnya dia disini. Jefri Nichol juga secara mengejutkan berhasil membawa karakter Ahmad yang ceria dan bersemangat jadi lebih hidup. Dan aku baru nyadar kalo ternyata doi ganteng banget hahahaha.   

Kalo soal plot cerita, masih solid dan masih setia ngasih humor tipis-tipis seperti dua seri sebelumnya. Tapi kadangkala ada yang bolong dan perlu ditambal menurutku. Seperti (spoiler alert!) saat Ainun nolong anak kecil yang habis jatuh dari bianglala itu. Bakalan lebih enak kalau dijelaskan secara medis, (barangkali ada) alasan si anak kecil meninggal padahal udah dikasih pertolongan pertama. Kan ini lagi bahas dunia kedokteran tempat Ainun belajar, menurutku lebih mantap aja kalau penyebab meninggalnya si anak dikasih penjelasan medis dan rasional, bukan hanya ditinjau dari sisi agama aja. 

Setelah nonton film ini tuh aku jadi nyadar, alasan bu Ainun dan pak Habibie berjodoh, meski pas kuliah punya kisah cinta masing-masing. Beliau berdua dipersatukan dengan cita-cita besar; membangun Indonesia. Pas kisah pak Habibie sama gadis Polandia itu, ga berhasil gara-gara beliau lebih memilih pulang ke Indonesia. Bu Ainun dan Ahmad pun ga berhasil karena ga satu tujuan. Bener kata beliau di film ini, ga sefrekuensi.  

Aku keluar bioskop dengan mata sembab, gara-gara dua hal. Kisahnya bu Ainun yang mengharu-biru, dan baru inget kalau pak Habibie pergi lebih dulu, padahal film ini udah mau tayang. :'(


Komentar